GKJ PURWOKERTO

Jabur Ngawur

Jabur Ngawur

Senyumlah hai jiwaku,
mengapakah engkau tak lelah berkeluh kesah ?.
Mengapa engkau gerundelan di sepanjang perjalanan,
tidakkah engkau menaruh belas kasihan
kepada ragamu ke mana-mana harus berjalan,
tidak naik sedan tetapi menindas kakimu yang kapalan.

Senyumlah hai jiwaku,
mengapa cemberut hatimu ?
Mengapa hidup kau pandang seperti tumpukan kegagalan,
bukankah hidup hanya sebatas pelatihan ?


Celikkan lah matamu hai jiwaku ?
Kebahagiaan itu bukan kecukupan,
kegembiraan itu bukan terpenuhinya setiap keinginan
dan senyuman bukan hanya naluri spontan atas setiap sapaan.

Mengapa engkau malu tersenyum dalam kesendirian,
ketika anganmu pulang membawa laporan perjalanan
mengunjungi setiap sudut pengalaman.

Istirahatkan kegelisahan hatimu hai jiwaku.
Dengarlah ada suara tangisan
dari dalam istana berkelimpahan harta, kekuasaan
dan segala pemuas syahwat keangkaramurkaan.

Hendak sampai kapankah hai jiwaku,
engkau berlelah-lehah memisah pergulatan
antara kegembiraan dan penderitaan.
Bukankah keduanya adalah satu pakaian kehidupan ?

Menangislah hai jiwaku,
karena Sang Kesempurnaan tak lagi jadi kerinduanmu.
Bersatulah hai jiwaku, dengan Sangkan Paran Kehidupan.

Hanya dengan begitu engkau tak ikut dalam kandasnya pemaknaan. Ketika politik hanya tinggal soal kekuasaan,
laki perempuan hanya tentang persetubuhan,
makanan hanya pemanjaan lidah dalam kepuasan.

Tertawalah hai jiwaku,
jika mimpi raja denawamu usai di tangan Ki Dalang Kehidupan,
dan kau lihat dirimu hanya seorang punakawan.

Tertawalah hai jiwaku,
meski ditanganNya engkau hanya mainan,
dan di depan saudaramu engkau tak lebih dari dagelan kesepian.

Dalam perputaran wolak-waliking jaman
senantiasa dengarlah bisikan Pangeran Paugeran,
agar kau tak kebingungan
ketika agama bukan lagi jalan kautaman, tetapi jalan ketamakan,
ketika kemerdekaan dan penjajahan tak lagi mudah dibedakan.

Janganlah kesepian apalagi ketakutan hai jiwaku,
sebab engkau tak sendirian, sampai pungkasaning jaman.










By mbahwir