GKJ PURWOKERTO

REFLEKSI TEOLOGIS SMGT 2014



Kepemimpinan


Pendahuluan.

Hiruk pikuk kompetisi perebutan kepemimpinan  tahun 2014 di negeri ini sudah mulai terasa gaungnya. Para caleg maupun capres sudah meluncurkan gerakannya dan strateginya untuk menarik simpati dan suara rakyat. Mereka cenderung mengeksplorasi hal-hal yang baik-baik saja dan berusaha menyembunyikan hal buruk yang ada pada dirinya. Para caleg dan capres juga mengiklankan dirinya, akan menjalankan visi dan misinya jika kelak mereka memimpin. Bahkan, maaf, tidak jarang di antara mereka tersimpan motive negatif yang tercopy-paste pada para pengikutnya. Hal ini dikarenakan, motivasi mereka menjadi pemimpin semata-mata untuk mengubah lifestyle mereka dan menjadikan kepemimpinan adalah sambilan, bukan pengabdian. Itulah kepemimpinan dunia, yang kurang patut ditiru, oleh karenanyadiperlukan hikmat untuk bisa menemukan para pemimpin yang sejati.

Yesus sang Gembala

Gembala baik bersuling nan merdu membimbing aku pada air tenang
dan membaringkan aku berteduh di padang rumput hijau berkenan.
O gembalaku itu Tuhanku membuat aku tentram hening
mengalir dalam sungai kasihku kuasa damai cerlang bening

Yesus adalah gembala yang memenuhi elektabilitas, administrasi dan moralitas yang baik. Ia berani menyatakan kepada umatNya siapa sesungguhnyadiriNya. Tak ada satupun yang ditutupiNya. Ia menyatakan sesuai fakta dan kebenaran yang ada, sesuai firman Tuhan. “ Akulah roti hidup, barangsiapa percaya kepadaKu, ia tidak akan lapar lagi, dan barangsiapa percaya kepadaKu, ia tidak akan haus lagi (Yoh. 6:35).”

Yesus menjalankan apa yang menjadi Misi BapaNya. Yesus melakukan apa yang sudah dituliskan dalam Alkitab dan dilakukan juga sesuai dengan apa yang ada di dalam Alkitab serta dilakukan juga sesuai dengan kebenaran BapaNya. Ia bukan gembala yang memuaskan kepentingannya melalui umatNya.

Yesus adalah pribadi yang bisa memberikan motivasi yang dapat ditiru oleh umatNya. Yesus terlebih dahulu menguduskan diriNya. Yesus tidak pernah menghakimi dengan ‘tangan salah maka tangan harus dipotong’  tetapi Ia menghakimi dengan cara yang bijaksana. “ Aku tidak dapat berbuat apa-apa dari diriKu sendiri: Aku menghakimi sesuai dengan apa yang Aku dengar dan penghakimanKu adil, sebab Aku tidak menuruti kehendakKu sendiri, melainkan kehendak Dia yang mengutus Aku (Yoh. 5:30).”

Yesus adalah gembala yang ikut berpartisipasi bersama penderitaan umatNya. Yesus adalah gembala yang bergaul akrab bersama umatNya. Ia rela membangun relasi yang dekat  umatNya. Ia adalah gembala yang rela blusukan. “Aku tidak menyebut kamu lagi hamba, sebab hamba tidak tahu, apa yang diperbuat tuannya, tetapi Aku menyebut kamu sahabat, karena Aku telah memberitahukan kepada kamu segala sesuatu yang telah Ku dengar dari Bapaku (Yoh 15:15).

Yesus adalah gembala yang memiliki konsentrasi penuh terhadap misiNya. Ia menaruh perhatian penuh kepada umatNya. Ia menjadikan perjumpaannya dengan umatNya bukan sebagaisambilan, tetapi tujuanNya hadir di dunia. Yesus juga mengutamakan membangun serta mengusahakan pembangunan rohani dan tidak hanya fisik saja. Yesus adalah pribadi yang tidak malu untuk menunjukkan diri sebagai gembala yang juga membutuhkan rekreasi dan meditasi pribadi. “marilah ke tempat yang sunyi, supaya kita sendirian, dan beristirahatlah seketika (Markus 6:31).”

Yesus adalah Gembala Agung.

Kami : Imamat yang Rajani
Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terangNya yang ajaib. (1 Petrus 2:9)

Topik kepemimpinan adalah topik yang sama tuanya dengan keberadaan manusia itu sendiri. Untuk menjadi seorang pemimpin yang besar dan seorang pemimpin sejati, yang mampu menjadi energi penggerak bagi orang lain, maka seseorang harus mampu memimpin dirinya sendiri. Memimpin diri sendiri merupakan seni kepemimpinan yang paling dasar yang harus kita kuasai. Memimpin diri sendiri seharusnya sama ‘mudahnya’ dengan memahami diri kita sendiri. Bagaimanapun juga siapa yang ingin dipimpin oleh orang yang tidak bisa memimpin dirinya sendiri?

Seorang pemimpin bagi dirinya adalah seorang yang mampu mengidentifikasi dirinya sebagai kekasih Allah yang telah diberikan anugerah kehidupan yang kudus. Ia telah dimaterai Allah sebagai umatNya dan kepadanya telah dianugerahkannya segala kebaikanNya. Ia bukanlah pribadi yang tidak berguna, karena Allah ada bersama-sama dengannya.

Seorang pemimpin bagi dirinya adalah seorang yang tahu tujuan hidupnya. Hidup bukan sekedar waktu yang lewat begitu saja. Hidup  adalah kesempatan yang dianugerahkan Allah untuk mematangkan panggilannya. Hidup  adalah pengujian bagi  jati dirinya sebagai umat Allah. hidup adalah kesempatan untuk mewartakan dan melakukan karya Allah. Hidup  adalah kesempatan untuk mendewasakan diri.

Seorang pemimpin bagi dirinya adalah seorang yang bersedia untuk terus belajar. Rela mengalami jatuh bangunnya kehidupan. Seseorang yang menjadikan pengalaman hidup yang didengar dan dialaminyasebagai proses pemurnian diri. Tidak malu dan bersedia menerima proses untuk dibentuk, bahkan oleh orang lain (gereja) sekalipun.

Seorang pemimpin bagi dirinya sendiri adalah seorang yang mampu membangun nilai-nilai positif dalam hidupnya. Seseorang yang mampu melepaskan diri  dan tidak memberikan kesempatan untuk hal-hal yang negatif. Seseorang yang memiliki kerinduan untuk mengutamakan dan membangun kehidupan rohaninya. Pribadi yang ingin selalu berada dekat dengan Sang Pemberi Hidup. Pribadi yang menjadi apa yang dipercayainya sebagai apa yang dilakukannya dalam hidup sehari-hari.

Seorang pemimpin bagi dirinya sendiri adalah seorang yang bercermin dan meneladani Sang Gembala Agung.

Penutup

Pada tahun pelayanan 2014 ini kepemimpinan adalah tema yang diusung oleh majelis gereja untuk dihayati. Kepemimpinan yang diharapkan akan terjadi adalah kepemimpinan yang mendorong jemaat untuk membangun relasinya dengan Allah dan sesama. Jemaat yang terbangun untuk memiliki tanggung jawab atas hidup rohaninya.

Oleh karena itu, diharapkan jemaat terdorong untuk memiliki kerinduan untuk beribadah dan bersekutu. Jemaat tidak lagi merasa terpaksa untuk mengalami perjumpaan dengan Allah. Ibadah minggu dan persekutuan-persekutuan di wilayah disambut dan dipersiapkan dengan antusias. Bahkan, tidak menjadikan perjumpaan dengan Allah sebagai sesuatu yang formalitas saja. Sehingga, TIDAK lagi terbersit, “Sing penting dina Minggu mangkat maring greja ora ketang madan telat lan baline lewih dhisit”.

Jemaat juga terdorong untuk mengambil bagian dalam pelayanan. Pelayanan-pelayanan di gereja disambut dengan kesadaran sebagai kesempatan dari Allah mempercayakan untuk menjadikan jemaat sebagai kawan sekerja Allah di ladangNya. Pelayanan-pelayanan di gereja dilakukan tidak sekedar sambilan dan tanpa tanggung jawab. Tidak menjadi jemaat yang siap dengan beribu alasan untuk tidak melakukan pelayanan anugerah pemberian Allah dengan sungguh-sungguh.

Jemaat juga terbangun untuk berada dalam ruang-ruang positif, sehingga menjadi jemaat yang tangguh dalam menghadapi kehidupan,baik itu dalam kehidupan pribadi ataupun dalam kehidupan bersama dengan orang lain. Jemaat mampu melihat peristiwa dalam hidupnya sebagai sarana semakin merasakan campur tangan Allah baginya. Selain itu, peristiwa yang dialaminya bersama dengan orang lain (jemaat lain) juga dipandang dari sisi positif. Sehingga, tercipta persaudaraan yang penuh kasih dan sikap saling memperhatikan.

Pada akhirnya, kita (kami) menjadi gereja yang meneladani Sang Gembala Agung. Amin